![]() |
Oleh: Gerry Ubra
Guru SMA Negeri 1 Tual
Lintas-Pulau.com : Pendidikan Indonesia tengah berada di ambang perubahan besar melalui implementasi Kurikulum 2025. Kurikulum ini hadir sebagai respons terhadap tuntutan zaman yang terus bergerak dinamis. Salah satu pendekatan utama dalam kurikulum baru ini adalah Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam, yang bertujuan mencetak peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh, adaptif, dan bermakna dalam kehidupannya.
Makna Deep Learning dalam Dunia Pendidikan
Deep Learning bukan sekadar proses menghafal atau mengumpulkan informasi permukaan. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemahaman yang mendalam, kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah nyata, refleksi diri, dan penerapan pengetahuan dalam konteks kehidupan. Dalam proses ini, siswa didorong menjadi subjek aktif dalam pembelajaran, bukan objek pasif yang hanya menerima instruksi.
Deep Learning juga memfokuskan pada keterkaitan antar konsep, transfer pengetahuan, dan pembentukan nilai-nilai hidup. Ia tidak dapat tumbuh dalam ruang kelas yang monoton, melainkan melalui proses pembelajaran yang berkesinambungan, kolaboratif, dan kontekstual.
Kurikulum 2025 dan Tantangan Zaman
Kurikulum 2025 mengusung Profil Pelajar Pancasila sebagai fondasi karakter dan kompetensi peserta didik masa depan. Profil ini meliputi enam dimensi utama :
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia
2. Berkebinekaan global
3. Gotong royong
4. Mandiri
5. Bernalar kritis
6. Kreatif
Nilai-nilai ini sejalan dengan prinsip Deep Learning, yang mengajak siswa belajar secara reflektif, aktif mengeksplorasi realitas, dan menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri-Ciri Pembelajaran Deep Learning
Dalam konteks Kurikulum 2025, pembelajaran Deep Learning dapat dikenali melalui beberapa karakteristik berikut :
1. Berbasis Masalah dan Proyek : Siswa belajar dari kasus nyata dan proyek multidisipliner yang menuntut kolaborasi dan kreativitas.
2. Berorientasi pada Proses dan Hasil : Evaluasi menilai proses berpikir, refleksi, dan kerja tim, bukan hanya produk akhir.
3. Kontekstual dan Relevan : Materi pelajaran dikaitkan dengan kehidupan siswa, lingkungan lokal, hingga isu global.
4. Penguatan Kompetensi Sosial+Emosional : Pembelajaran membentuk empati, kepedulian, dan kesadaran sosial.
5. Pemanfaatan Teknologi dan AI : Siswa diarahkan untuk memanfaatkan teknologi, termasuk kecerdasan buatan, guna memperkaya proses belajar.
Peran Guru sebagai Fasilitator
Dalam skema pembelajaran mendalam, peran guru bergeser dari pengajar menjadi fasilitator dan mitra belajar. Guru bertugas untuk :
• Merancang kegiatan belajar yang menantang dan kontekstual
• Membimbing proses eksplorasi dan diskusi siswa
• Memberikan umpan balik reflektif
• Mengaitkan pelajaran dengan kehidupan nyata
Hal ini menuntut guru untuk terus belajar, berinovasi, dan berkolaborasi, melalui pelatihan berkelanjutan, komunitas belajar, hingga mentoring profesional.
Tantangan Implementasi
Meskipun menjanjikan, penerapan Deep Learning di sekolah-sekolah Indonesia tidak lepas dari tantangan :
• Keterbatasan sumber daya dan fasilitas belajar
• Kesiapan guru dalam merancang pembelajaran mendalam
• Budaya belajar siswa yang masih berorientasi pada hafalan
• Sistem asesmen yang fokus pada hasil akhir, bukan proses
Namun demikian, tantangan bukan alasan untuk menyerah, melainkan pemicu untuk berbenah. Pemerintah, guru, orang tua, dan masyarakat perlu bersinergi membentuk ekosistem pendidikan yang mendukung transformasi ini.
Penutup : Pendidikan yang Relevan, Kontekstual, dan Mencerahkan
Deep Learning dalam Kurikulum 2025 bukan sekadar pendekatan, tapi strategi visioner untuk menciptakan pendidikan yang membebaskan dan memberdayakan. Pendidikan yang tidak hanya mencetak lulusan pintar secara akademik, tetapi juga membentuk pribadi berkarakter kuat, visioner, dan siap menghadapi tantangan zaman yang kompleks.
Dengan pendekatan ini, pendidikan Indonesia dapat bertransformasi dari sekadar ruang pengajaran menjadi ruang pemberdayaan. Deep Learning bukan lagi pilihan, tetapi menjadi kebutuhan strategis untuk membangun masa depan generasi Indonesia yang unggul dan berintegritas.
Semoga.